Kisah Insafnya Pendeta - Tiada Tuhan Selain Allah

Kamis, 04 Januari 2018

Kisah Insafnya Pendeta

Ibrahim al-Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Tuhan. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Katanya, “Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Mekah tanpa kendaraan dan kafilah. Pada suatu kali, tiba-tiba aku tersesat dijalan dan kemudian aku bertemu dengan seorang rahib Nasrani (Pendeta Kristen).”
Ketika dia melihat aku, dia berkata, “Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?”
Ibrahim segera menjawab, “Ya, tidaklah aku akan menghalangi kehendakmu itu.”
Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengan pendeta itu selama tiga hari tanpa meminta makanan, pada akhirnya rahib itu menyatakan rasa laparnya kepadaku, katanya, “Sebenarnya tak ada keinginan didiriku untuk tidak memberitahumu bahwa aku kelaparan. Karena itu, berilah aku sedikit makanan yang ada padamu.”
Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun memohon kepada Allah dengan berkata, “Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau mempermalukan aku di hadapan seteru-Mu ini.”
Belum selesai Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah setalam hidangan dari langit, berisi dua keping roti, air minum, daging masak dan tamar. Mereka akhirnya makan dan minum bersama dengan perasaan senang sekali.
Sesudah itu aku pun meneruskan perjalananku. Setelah tiga hari tak ada makanan dan minuman, maka di kala pagi, aku berkata kepada rahib itu, “Hai rahib Nasrani, berikanlah sesuatu yang bisa dimakan, apapun yang kamu punyai.”
Rahib itu pun berdoa, dan tiba-tiba turun setalam hidangan dari langit seperti yang diturunkan kepadaku dulu.
Tatkala aku melihat yang demikian, maka aku berkata kepada rahib itu, “Demi kemuliaan dan ketinggian Allah, tiadalah aku makan sebelum engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku.”
Rahib itu menjawab, “Hai Ibrahim, takkala aku bersahabat denganmu, maka jatuhlah makrifat yang engkau punyai kepadaku, lalu aku memeluk agama engkau. Sesungguhnya aku telah membuang-buang waktu didalam kesesatan, dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepada-Nya. Dengan kemuliaan engkau, tiadalah dia mempermalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti apa yang telah engkau ucapanmu (kalimat syahadah).”
Begitu senang aku setelah mendengar jawaban rahib itu. Kemudian kami meneruskan perjalanan sampai ke Mekah yang mulia. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di tanah suci itu. Suatu hari, rahib itu tidak kelihatan olehku, lalu aku pergi mencarinya di Masjidil Haram, dan aku menjumpainya sedang sholat di sisi Ka’bah.”
Selesai shalat, rahib itu berkata, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya telah dekat perjumpaanku dengan Allah, maka peliharalah persahabatan dan persaudaraanku denganmu.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Aku merasa sangat berdukacita atas kepergiannya itu. Lalu aku segera mengurus semua keperluannya, mulai pemandian, kapan dan dimana akan dikuburkan.
Pada suatu malam, aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan yang sangat tampan sekali, tubuhnya dihiasi dengan pakaian sutera yang indah. Aku pun bertanya, “Bukankah engkau ini sahabat aku kemarin, apakah yang telah diberikan oleh Allah terhadap engkau?”
Dia menjawab, “Aku datang menghadap Allah dengan tumpukan dosa, tapi Allah mengampuni semua dosa-dosaku karena aku bersangka baik kepada-Nya. Itu karena aku bersahabat denganmu, dan Allah juga mengijinkanku untuk mempertemukanku denganmu kelak di Akhirat nanti.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar sesuai dengan topik, Terimakasih.

Silahkan beri komentar atau saran tentang topik menggunakan kata yang bijak dan utamakan kesopanan. Terimakasih telah berkunjung serta membaca artikel yang ada di blog ini.