Karamah Abon Abdul Aziz - Tiada Tuhan Selain Allah

Minggu, 10 Desember 2017

Karamah Abon Abdul Aziz

Abon Abdul Aziz Samalanga adalah seorang Ulama besar Aceh yang HAUL beliau baru saja diperingati beberapa hari yang lalu oleh seluruh murid-muridnya di komplek LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga. Salah satu karya besar beliau untuk bangsa ini adalah lahirnya ulama-ulama penerus beliau yang gigih mempertahankan Ahlus sunnah di seantero Aceh dan nusantara. Dari semua murid Abuya Muda Wali al-Khalidy, Abon lah yang paling berhasil dalam hal melahirkan kader Ulama. Di antara karamah yang Allah berikan kepada Abon adalah banyaknya firasat Abon yang terbukti kebenarannya di kemudian hari. Banyak kisah-kisah yang memperlihatkan kebenaran firasat Abon, terutama dengan para murid-muridnya.

Rasulullah pernah mengingatkan akan firasat seorang mukmin :
"Takutlah kamu kepada firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan nur Allah" (H.R. Turmizi).

Di antara kisah-kisah tersebut adalah : Pada suatu hari datang dua santri baru di Dayah Mudi. Pada saat menghadap Abon, salah satu dari santri baru tersebut dipandang oleh Abon dengan cukup lama, setelah ke dua santri tersebut keluar, ketika di tanyakan hal tersebut, Abon menjawab “esok hari ia akan pergi meninggalkan dayah”. Sedangkan yang seorang lagi 
akan bertahan di dayah selama beberapa saat. Esok harinya hal ini terbukti, santri yang dipandang oleh Abon tersebut langsung hengkang dari dayah, sedangkan yang satu lagi tetap bertahan sampai beberapa tahun. Abon pernah ditanyakan oleh salah satu murid mengapa Abon tidak membentuk ikatan alumni sebagaimana dilakukan oleh Abu Tepin Raya pada Dayah beliau, Darus Sa`adah. Abon menjawab: itu tidak perlu saya pikirkan, suatu saat akan dipikirkan oleh mereka sendiri. Hal ini tersebukti, saat ini alumni Mudi telah memiliki satu ikatan organisasi yang tergabung dalam Yayasan al-Aziziyah. Salah satu murid Abon Abu Manan Alue Lhoek mengeluh kepada Abon tentang anaknya yang paling tua yang memiliki kekurangan mental, bahwa anaknya ini susah untuk diajarkan ilmu agama. Abon mengatakan supaya beliau jangan bersedih karena kelak anak beliau tersebutlah yang akan menjadi tulang punggung keluarga beliau dalam hal nafkah. Hal ini terbukti setelah Abu Manan meninggal dunia sebagaimana yang Abon katakan. 

Pada awal-awal Abu Daud Lhok Nibong mendirikan dayah dan belum di datangi para santri sampai beberapa tahun, Abon telah berpesan bahwa Dayah Abu Daud akan maju dan beliau akan kewalahan menyediakan kamar penginapan untuk santri. Saat mendengar perkataan Abon tersebut, Abu Daud Lhok Nibong sempat merasa heran, bagaimana mungkin dayah beliau bisa berkembang seperti itu, padahal sudah beberapa tahun beliau mendirikan dayah, namun belum ada santri yang datang untuk belajar. Namun sekarang perkataan Abon tersebut terbukti kebenarannya. Dayah Darul Huda, Lhok Nibong menjadi dayah salah satu dayah favorit di Aceh yang jumlah santrinya berada pada urutan nomor dua setelah Dayah induknya, MUDI Mesjid Raya.

Pada suatu ketika ada seorang santri Aceh yang baru pulang dari Arab Saudi, ia melakukan silaturrahmi ke beberapa ulama besar Aceh, dan mendapat sambutan hangat dari beberapa ulama di kunjungi, hingga akhirnya sampai ke rumah Abon. Dalam bincang-bincangnya dengan Abon, santri tersebut mengatakan bahwa ia sengaja bergaul dengan kelompok wahabi untuk menarik mereka ke jalan yang benar. Mendengar hal itu Abon dengan segera membantahnya “Pu tapegah di gata! tajak kawee yee, nyan jaloe-jaloe ka lam babah yee hana tathe” (apa kamu katakan, kamu itu ingin memancing ikan hiu, kamu dan kapalmu sudah dalam mulut hiu tapi kamu tidak menyadarinya). Maksud dari ungkapan itu adalah Abon membantah dakwaannya bahwa ia berkawan dengan wahabi demi menarik wahabi ke jalan yang benar, Abon mengatakan bahwa perbuatannya tersebut akan berakibat ia sendiri terjatuh dalam aqidah wahabi tanpa disadarinya. Hal itu terbukti di kemudian hari. Pada saat itu, belum tampak geligat yang berbeda pada diri santri tersebut, ia masih bersikap layaknya lulusan dayah biasa yang menentang pemahaman kaum wahabi. Namun lama kelamaan, sikapnya mulai menampakkan perubahan. Ia mulai menyerang amaliyah yang di jalankan di dayah, seperti berdoa setelah shalat, tahlilan, mencium tangan ulama, qunut dan banyak hal-hal lain. Firasat Abon tersebut tidak meleset sedikitpun. Pada tahun 1995 saat pemerintah Aceh di bawah gubernur Syamsuddin Mahmud membawa para ulama-ulama Aceh keliling dunia, santri tersebut sekamar dengan Abu Mudi, dalam bincang-bincangnya, tanpa sadar ia buka kartu bahwa ia mendapat gaji sekian dari pemerintah Arab saudi untuk menyebarkan paham wahabi di Aceh. Sampai saat ini sikapnya semakin jauh masuk dalam aqidah wahabi, seperti yang Abon katakan. Abon juga sering memprediksikan keadaan para muridnya kedepan, misalnya ada murid beliau yang beliau katakan bahwa ia akan mengajar ke depan, dan bahkan melebihi murid beliau yang lain yang bahkan memiliki kemampuan lebih. Kenyataan di kemudian hari tidak meleset sedikit dari perkataan Abon.

Abu Mudi menceritakan, Pada awalnya waled Nu (Tgk.Nuruz Zahri, pimpinan pesantren Nurul Aiman, Samalanga) hanya mendirikan panti asuhan bukan sebuah dayah. pada suatu ketika Abon mengatakan kepada bahwa nyak Nu (waled Nu) suatu saat akan mendirikan Dayah. Hal ini terbukti bahwa sekarang ini panti asuhan yang dikelola Waled Nu telah berkembang menjadi satu dayah yang besar yang terletak tidak jauh dari Dayah Mudi Mesra. Dan masih banyak lagi firasat-firasat almarhum Abon Abdul Aziz yang terbukti kenenarannya.

Sumber : 
  • Oleh Tgk. Muhammad Iqbal Jalil, Ketua Forum Santri Pidie dan Anggota Lajnah Pengembangan Dakwah MUDI Mesra Aceh, "Ngaji Yuk!".
  • Aceh, Muslimedianews.com 
Silahkan beri komentar atau saran tentang topik menggunakan kata yang bijak dan utamakan kesopanan. Terimakasih telah berkunjung serta membaca artikel yang ada di blog ini.